KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tak terbatas kepada segenap alam, terkhusus atas karunia-nya sehingga kami dapat membuat makalah ini. Salam dan shalawat atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sebagai Nabi dan rasul yang di utus kepermukaan bumi untuk membawah kesejahteraan bagi segenap alam dan keselamatan semoga senantiasa tercurahkan kepada para sahabat nabi yang terpilih, keluarga beliau yang suci dan para pewaris-pewaris nabi serta kepada segenap manusia yang senantiasa bertasbih kepada-nya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini semakin berkembang pesat termasuk dibidang kesehatan masyarakat khususnya mata kuliah ekologi gizi di mana kita di ajarkan tentang berbagai hubungan antara gizi dengan aspek ekonomi.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang tidak pernah lelah untuk membimbing kami sehingga wawasan kami semakin bertambah,kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembimbing dan pembaca apabila dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita semua.
Makassar,29 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............…………………….....................................i
KATA PENGANTAR………………………………....................................ii
DAFTAR ISI…………………………………………....................................iii
BAB I.PENDAHULUAN…………………………......................................1
A. Latar Belakang…………………..………………...............................1
B. Tujuan.............…………………..……………….................................1
C.Rumusan Masalah.......................................................................1
BAB II.PEMBAHASAN........................................................................2
BAB III PENUTUP …..…………………………........................................9
A. Kesimpulan…………………………………..…....................................9
B. Saran …………………………………………..…..................................10
DAFTAR PUSTAKA……………………………........................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal (www.gizi.net).
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitanya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat (Depkes RI, 2002: 12). Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat.
Permasalahan pangan dan gizi berkembang sangat cepat dan kompleks karena berbagai perubahan di tingkat global dan nasional. Di dalam negeri, tantangan yang sampai saat ini belum juga terselesaikan adalah akses terhadap pangan yang cukup, bergizi, bermutu, aman, dan dalam harga yang dapat dijangkau yang tercermin dengan munculnya masalah pangan dan gizi kurang di beberapa daerah Indonesia. Selain itu, tuntutan konkret yang segera harus diatasi adalah penyediaan pangan untuk 247 juta jiwa pada tahun 2015 dan 261 juta jiwa tahun 2020.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang menjadi hubungan antara gizi dan ekonomi?
2. Apakah yang menjadi hubungan antara gizi dan ekonomi manusia?
3. Apakah yang menjadi hubungan gizi dan ekonomi sosial?
C. TUJUAN
1.Untuk mengetahui hubungan antara gizi dan ekonomi
2.Untuk mengetahui hubungan antara gizi dan ekonomi manusia
3. Untuk mengetahui hubungan antara gizi dan ekonomi social
BAB II
PEMBAHASAN
GIZI DAN EKONOMI
Krisis ekonomi yang telah berlangsung lama telah meningkatkan angka kemiskinan dan diikuti dengan penurunan kualitas gizi masyarakat. Indikatornya, di berbagai daerah terus ditemukan kasus busung lapar, gizi buruk, dan aneka penyakit rakyat karena melemahnya fisik serta menurunnya daya tahan tubuh karena kualitas gizi yang rendah, yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan ketidakberdayaan ekonomi. Banyak keluarga menghabiskan uang untuk rokok daripada untuk susu bagi anaknya.
Kualitas pangan rakyat kita selama ini telah meningkat cukup baik melalui kampanye intensif 4 Sehat 5 Sempurna. Empat sehat: nasi, jagung, ubi kayu (sumber karbohidrat), daging, telur, ikan (sumber protein dan lemak), sayur dan buah-buahan (sumber serat, vitamin dan mineral); dan sempurna dengan ditambah susu. Namun, bangsa-bangsa lain asupan gizinya meningkat jauh lebih baik, akibatnya secara relatif kualitas pangan rakyat kita menjadi kurang baik jika dibandingkan dengan banyak negara lain.
Membangun ketahanan pangan menyangkut juga penghapusan kemiskinan yang antara lain berarti penyediaan lapangan kerja; pengetahuan, pemahaman dan kesadaran menyangkut keluarga, pengambil keputusan dan masyarakat umum; dan sistem gizi nasional, seperti penyuluh gizi, ahli gizi, dan kelembagaan kebijakan gizi.
Kemiskinan memiliki hubungan yang timbal balik dengan gizi ini menyatakan bahwa, kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi kurang. Proporsi anak gizi kurang berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi prosentase anak yang kekurangan gizi. Makin tinggi pendapatan makin kecil prosentase anak yang kurang gizi, sementara itu kurang gizi pada anak akan berlanjut hingga dewasa akan berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya prestasi pendidikan pada sekolah dan rendahnya produktivitas pada sat mereka bekerja. Kemiskinan juga menjadi penyebab bagi keluarga dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan .
GIZI DAN EKONOMI MANUSIA
Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima serta cerdas dan bukti empiris menunjukkan bahwa hal tersebut sangat ditentukan oleh status gizi yang baik.
Dan masalah gizi buruk dan gizi kurang dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi serta dipengaruhi secara tidak langsung oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik.
Krisis ekonomi yang telah berlangsung lama telah meningkatkan angka kemiskinan dan diikuti dengan penurunan kualitas gizi masyarakat. Indikatornya, di berbagai daerah terus ditemukan kasus busung lapar, gizi buruk, dan aneka penyakit rakyat karena melemahnya fisik serta menurunnya daya tahan tubuh karena kualitas gizi yang rendah, yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan ketidakberdayaan ekonomi. Banyak keluarga menghabiskan uang untuk rokok daripada untuk susu bagi anaknya.
Kualitas pangan rakyat kita selama ini telah meningkat cukup baik melalui kampanye intensif 4 Sehat 5 Sempurna. Empat sehat: nasi, jagung, ubi kayu (sumber karbohidrat), daging, telur, ikan (sumber protein dan lemak), sayur dan buah-buahan (sumber serat, vitamin dan mineral); dan sempurna dengan ditambah susu. Namun, bangsa-bangsa lain asupan gizinya meningkat jauh lebih baik, akibatnya secara relatif kualitas pangan rakyat kita menjadi kurang baik jika dibandingkan dengan banyak negara lain.
Di mana pun, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh kualitas pangan yang dikonsumsi rakyat yang akan menentukan tingkat pertumbuhan fisiknya, termasuk kecerdasannya, di samping pendidikan yang bermutu dan pelayanan kesehatan yang baik.
Penyediaan Pangan di IndonesiaPangan adalah bahan-bahan yang di makan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan energybagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggantian jaringan tubuh yang rusak.Sektor pangan sebagai sumber zat gizi merupakan sector strategis, disebabkanoleh:
a. Produk pangan merupakan industri massal .
Sector pangan merupakan sumber kehidupan dan penghidupan yang merupakan industry massal yang melibatkan banyak orang, baik di bidang produksi, pengolahan dan distribusi. Secara nasional, pertanian tanaman pangan menyumbang sekitar 19% dari pendapatan domestic bruto (sumbangan terbesar diantara 16 jenis lapangan industri).
b. Pangan dikonsumsi oleh semua golongan/lapisan masyarakat Indonesia.
Pangan merupakan bagian yang cukup besar dari penegeluaran rumah tangga miskin di Indonesia. Pengeluaran tersebut mencapai rata-rata 72.02% dimana 27.32% dari total pengeluaran adalah untuk bahan pangan pokok: padi-padian dan hasilnya.Berdasarkan pemenuhan pangan, masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
1).Kelompok masyarakat yang Kehidupannya sulit.
Masalah utama yang dihadapi oleh kelompok ini adalah daya beli yang terbatas. Kelompok yang rentan terhadap masalah kekurangan gizi kalori maupun gizi protein. Dalam konteks agama islam mereka disebut orang miskin yang pantas mendapatkan santunan dari orang yang mampu. Dalam Al-qur’an Surat Ar-rum di sebutkan bahwa: ” Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan[1171]. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung”.
2).Kelompok masyarakat yang tergolong beruntung.Malnutrisi pada kelompok ini diakibatkan oleh konsumsi makanan yang terlalu berlebihan. Dalam Al-qur’an surat Al-a’raf di sebutkan bahwa: ” Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk pangan sebagai sumber zat gizi:
a. Kandungan Gizi, kandungan gizi setiap produk pangan berbeda-beda.
b. Penanganan pangan yang masih belum mencapai taraf yang diinginkan karena
banyaknya bahan makanan hasil panen yang telah rusak saat penyimpanan ataupun
pengangkutan.
c. Penyimpanan bahan makanan harus memenuhi syarat-syarat tertentu terutama bahan
yang mudah rusak.
d. Pengawetan pangan yang bertujuan agar bahan makanan dapat tahan lebih lama.
e. Pengolahan Pangan. Dalam pengolahannya harus selektif agar tidak kehilangan sebagian
zat gizi terutama vitamin.
Sector pangan merupakan sumber kehidupan dan penghidupan yang merupakan industry massal yang melibatkan banyak orang, baik di bidang produksi, pengolahan dan distribusi. Secara nasional, pertanian tanaman pangan menyumbang sekitar 19% dari pendapatan domestic bruto (sumbangan terbesar diantara 16 jenis lapangan industri).
b. Pangan dikonsumsi oleh semua golongan/lapisan masyarakat Indonesia.
Pangan merupakan bagian yang cukup besar dari penegeluaran rumah tangga miskin di Indonesia. Pengeluaran tersebut mencapai rata-rata 72.02% dimana 27.32% dari total pengeluaran adalah untuk bahan pangan pokok: padi-padian dan hasilnya.Berdasarkan pemenuhan pangan, masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
1).Kelompok masyarakat yang Kehidupannya sulit.
Masalah utama yang dihadapi oleh kelompok ini adalah daya beli yang terbatas. Kelompok yang rentan terhadap masalah kekurangan gizi kalori maupun gizi protein. Dalam konteks agama islam mereka disebut orang miskin yang pantas mendapatkan santunan dari orang yang mampu. Dalam Al-qur’an Surat Ar-rum di sebutkan bahwa: ” Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan[1171]. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung”.
2).Kelompok masyarakat yang tergolong beruntung.Malnutrisi pada kelompok ini diakibatkan oleh konsumsi makanan yang terlalu berlebihan. Dalam Al-qur’an surat Al-a’raf di sebutkan bahwa: ” Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk pangan sebagai sumber zat gizi:
a. Kandungan Gizi, kandungan gizi setiap produk pangan berbeda-beda.
b. Penanganan pangan yang masih belum mencapai taraf yang diinginkan karena
banyaknya bahan makanan hasil panen yang telah rusak saat penyimpanan ataupun
pengangkutan.
c. Penyimpanan bahan makanan harus memenuhi syarat-syarat tertentu terutama bahan
yang mudah rusak.
d. Pengawetan pangan yang bertujuan agar bahan makanan dapat tahan lebih lama.
e. Pengolahan Pangan. Dalam pengolahannya harus selektif agar tidak kehilangan sebagian
zat gizi terutama vitamin.
1.2 Hubungan Pangan dan Gizi
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat Gizi. Pada akhirnya, zat Gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan memperlancar pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Zat Gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat Gizi Esensial karena dalam unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan normal. Hal ini berarti unsur tersebut harus disediakan oleh unsur pangan diantaranya adalah asam amino esensial (diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang baik).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah sebagai berikut:
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat Gizi. Pada akhirnya, zat Gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan memperlancar pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Zat Gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat Gizi Esensial karena dalam unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan normal. Hal ini berarti unsur tersebut harus disediakan oleh unsur pangan diantaranya adalah asam amino esensial (diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang baik).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah sebagai berikut:
Produk Pangan (jumlah dan jenis makanan), Pembagian makanan atau pangan, Akseptabilitas (daya terima), Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, Pantangan pada makanan tertentu, Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, Keterbatasan ekonomi, Kebiasaan makan, Selera makan, Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan), Pengetahuan Gizi
Status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Kecukupan Gizi (gizi seimbang). Asupan Gizi harus seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh: kebutuhan gizi basal, kegiatan, keadaan fisiologis tertentu, serta dalam keadaan sakit.
b. Gizi Kurang. Merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energy dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.
c. Gizi Lebih. Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan. Kegemukan (obesitas) merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari keadaan gizi lebih. Obesitas yang berkelanjutan akan mengakibatkan berbagai penyakit antara lain: diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, dll.
Status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Kecukupan Gizi (gizi seimbang). Asupan Gizi harus seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh: kebutuhan gizi basal, kegiatan, keadaan fisiologis tertentu, serta dalam keadaan sakit.
b. Gizi Kurang. Merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energy dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.
c. Gizi Lebih. Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan. Kegemukan (obesitas) merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari keadaan gizi lebih. Obesitas yang berkelanjutan akan mengakibatkan berbagai penyakit antara lain: diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, dll.
1.3 Hubungan Pangan, Gizi, dan Pembangunan Manusia Indonesia
Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif bangsa merupakan sebagian dari modal pembangunan. Membangun SDM seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup rakyat tercermin pada kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, dan pendidikan. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian pembangunan. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan gizi terutama harus ditunjukkan pada anak-anak dan ibu hamil. Karena pada masa yang akan datang anak-anak merupakan generasi penerus nusa dan bangsa.
Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat pada anak-anak akan menurunkan potensi sebagai SDM pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Berbagai alasan mengapa anak-anak memerlukan penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat gizi, yaitu:
a. Kekurangan Gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak (hal ini berarti berkurangnya kualitas SDM di masa yang akan datang).
b. Kekurangan Gizi berakibat meningkatkan angka kesakitan dan menurunnya produktifitas kerja manusia (hal ini berarti dapat menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan).
c. Kekurangan Gizi berakibat menurunnya kecerdasan anak-anak (hal ini berarti menurunnya kualitas kecerdasan manusia pandai yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa).
d. Kurangnya Gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja (yang berarti menurunnya prestasi dan produktifitas kerja manusia).
Harusnya kecukupan pangan dan Gizi bukan merupakan landasan untuk semua proses kemajuan ekonomi dan social bangsa. Peningkatan Gizi masyarakat merupakan bagian integral pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah membuat program perbaikan Gizi masyarakat yang meliputi penanggulangan kekurangan vitamin A, penanggulangan anemia Gizi, penanggulangan gondok endemic,dll.
Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif bangsa merupakan sebagian dari modal pembangunan. Membangun SDM seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup rakyat tercermin pada kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, dan pendidikan. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian pembangunan. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan gizi terutama harus ditunjukkan pada anak-anak dan ibu hamil. Karena pada masa yang akan datang anak-anak merupakan generasi penerus nusa dan bangsa.
Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat pada anak-anak akan menurunkan potensi sebagai SDM pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Berbagai alasan mengapa anak-anak memerlukan penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat gizi, yaitu:
a. Kekurangan Gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak (hal ini berarti berkurangnya kualitas SDM di masa yang akan datang).
b. Kekurangan Gizi berakibat meningkatkan angka kesakitan dan menurunnya produktifitas kerja manusia (hal ini berarti dapat menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan).
c. Kekurangan Gizi berakibat menurunnya kecerdasan anak-anak (hal ini berarti menurunnya kualitas kecerdasan manusia pandai yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa).
d. Kurangnya Gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja (yang berarti menurunnya prestasi dan produktifitas kerja manusia).
Harusnya kecukupan pangan dan Gizi bukan merupakan landasan untuk semua proses kemajuan ekonomi dan social bangsa. Peningkatan Gizi masyarakat merupakan bagian integral pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah membuat program perbaikan Gizi masyarakat yang meliputi penanggulangan kekurangan vitamin A, penanggulangan anemia Gizi, penanggulangan gondok endemic,dll.
GIZI DAN EKONOMI SOSIAL
Tidak terpenuhinya gizi, yang kerap kali disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi yang kurang baik, sering dianggap sebagai faktor terbesar penyebab ketidakmaksimalan pertumbuhan badan seorang anak, khususnya tinggi badan. Akan tetapi, benarkah demikian? Selain terpenuhinya gizi dengan baik, yang sering kali dapat tercapai dengan adanya kondisi sosial-ekonomi yang baik, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak
hal, antara lain, faktor genetis (keturunan), kondisi psikologis yang baik, situasi politik yang stabil di negara tempat tinggal, kondisi kesehatan, jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah, dll. (Bogin, 1997). Kondisi sosial-ekonomi yang baik memberi kemungkinan agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi. Yang dimaksud dengan terpenuhinya kebutuhan gizi adalah tersedianya berbagai zat yang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas fungsi-fungsi tubuh, dan sekaligus untuk kebutuhan pertumbuhan badan si anak; seperti misalnya kalori, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, kalsium dan mikronutrien.
PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP STATUS KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT
Selama 30 tahun terakhir, Indonesia mencapai berbagai keberhasilan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan oleh Bank Dunia, Indonesia digolongkan sebagai salah satu bayi ajaib di Asia Tenggara yang mencapai keberhasilan dalam pembangunan ekonomi. Pendapatan rata-rata penduduk meningkat, jumlah orang miskin berkurang dan kesejahteraan penduduk semakin baik. Hal ini terjadi sebelum krisisekonomi melanda Indonesia di akhir tahun 1997. Dampak dari krisis telah menekan kesejahteraan rakyat, terutama mereka yang sebelum krisis telah hidup disekitar garis kemiskinan ke bawah. Salah satu indikator bagaimana terpuruknya tingkat kesejahteraan rakyat adalah terjadinya ancaman terhadap kelangsungan pangan dan gizi sebagian besar penduduk Indonesia.Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia sekarang ini baru menghadapi perubahan ekonomi dan politik yang tidak menentu. Walaupun tidak merata, secara umum Bank Dunia melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif sebelum tahun 1997. Pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada penurunan angka kemiskinan dari 40% tahun 1976 menjadi 11% tahun 1996 , penurunan kematian bayi; penurunan kematian anak 0-4 tahun; dan 25% penurunan kematian ibu. Secara statistik hal ini ditunjang pula dengan pencapaian keamanan pangan, dan pencapaian pelayanan kesehatan terutama pada ibu dan anak.
Krisis ekonomi memperlambat proses penurunan yang telah terjadi selama tiga dekade terakhir. Krisis ekonomi berakibat menurunnya nilai rupiah yang berakibat pada merosotnya pendapatan perkapita dan menyebabkan jumlah penduduk miskin semakin meningkat. Dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat dapat dilihat secara tidak langsung. Disadari secara luas bahwa dampak krisis ekonomi berdampak negatif pada status kesehatan masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih dilakukan terus menerus. Diperlukan informasi data kesehatan dengan kualitasyang baik dari sistem pelayanan kesehatan dan juga survei lainnya
Gizi berhubungan dengan makanan dan kesehatan. Salah satu golongan umur yang rawan akan masalah gizi adalah Balita. Gizi pada Balita sangat penting untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, sehingga perlu pemantauan dan pemenuhan giziyang baik. Masalah gizi kurang, terutama pada anak Balita dikaji kecenderungannya menurut SUSENAS. Banyak sekali terjadi penurunan prevalensi gizi kurang,yang menjadi pusat perhatian adalah penderita gizi buruk pada anak Balita, yang terlihat tidak ada penurunan. Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan dengan masih tingginya Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR). Akibatdari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada masalah pertumbuhan anak usia masuk sekolah. Masalah gizi kurang pada anak berkelanjutan pada wanita usia subur,yang akan melahirkan anak dengan risiko BBLR disertai dengan masalah anemia dan gizi mikro lainnya.
Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi dan anak ini tidak lain disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan gizi, diluar faktor pencetus lainnyayang memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan. Akibat yang terlihat dari kemiskinan adalah masih dijumpai hampir 50% rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan gizi yang dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari). Kita ketahui Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh UNDP adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari negara-negara ASEAN lainnya. Masih tingginya masalah gizi, akan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi pengeluaran terhadap kesehatan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan akan berdampak lebih nyata pada masalah kesehatan dan gizi penduduk.
Krisis ekonomi memperlambat proses penurunan yang telah terjadi selama tiga dekade terakhir. Krisis ekonomi berakibat menurunnya nilai rupiah yang berakibat pada merosotnya pendapatan perkapita dan menyebabkan jumlah penduduk miskin semakin meningkat. Dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat dapat dilihat secara tidak langsung. Disadari secara luas bahwa dampak krisis ekonomi berdampak negatif pada status kesehatan masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih dilakukan terus menerus. Diperlukan informasi data kesehatan dengan kualitasyang baik dari sistem pelayanan kesehatan dan juga survei lainnya
Gizi berhubungan dengan makanan dan kesehatan. Salah satu golongan umur yang rawan akan masalah gizi adalah Balita. Gizi pada Balita sangat penting untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, sehingga perlu pemantauan dan pemenuhan giziyang baik. Masalah gizi kurang, terutama pada anak Balita dikaji kecenderungannya menurut SUSENAS. Banyak sekali terjadi penurunan prevalensi gizi kurang,yang menjadi pusat perhatian adalah penderita gizi buruk pada anak Balita, yang terlihat tidak ada penurunan. Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan dengan masih tingginya Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR). Akibatdari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada masalah pertumbuhan anak usia masuk sekolah. Masalah gizi kurang pada anak berkelanjutan pada wanita usia subur,yang akan melahirkan anak dengan risiko BBLR disertai dengan masalah anemia dan gizi mikro lainnya.
Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi dan anak ini tidak lain disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan gizi, diluar faktor pencetus lainnyayang memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan. Akibat yang terlihat dari kemiskinan adalah masih dijumpai hampir 50% rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan gizi yang dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari). Kita ketahui Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh UNDP adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari negara-negara ASEAN lainnya. Masih tingginya masalah gizi, akan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi pengeluaran terhadap kesehatan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan akan berdampak lebih nyata pada masalah kesehatan dan gizi penduduk.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Di mana pun, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh kualitas pangan yang dikonsumsi rakyat yang akan menentukan tingkat pertumbuhan fisiknya, termasuk kecerdasannya, di samping pendidikan yang bermutu dan pelayanan kesehatan yang baik.
ž Krisis ekonomi yang telah berlangsung lama telah meningkatkan angka kemiskinan dan diikuti dengan penurunan kualitas gizi masyarakat. Indikatornya, di berbagai daerah terus ditemukan kasus busung lapar, gizi buruk, dan aneka penyakit rakyat karena melemahnya fisik serta menurunnya daya tahan tubuh karena kualitas gizi yang rendah, yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan ketidakberdayaan ekonomi.
ž masalah gizi buruk dan gizi kurang dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi serta dipengaruhi secara tidak langsung oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik.
ž Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima serta cerdas dan bukti empiris menunjukkan bahwa hal tersebut sangat ditentukan oleh status gizi yang baik.
ž Kondisi sosial-ekonomi yang baik memberi kemungkinan agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi. Yang dimaksud dengan terpenuhinya kebutuhan gizi adalah tersedianya berbagai zat yang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas fungsi-fungsi tubuh, dan sekaligus untuk kebutuhan pertumbuhan badan si anak; seperti misalnya kalori, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, kalsium dan mikronutrien.
B.SARAN
1. Tanggal 25 Januari setiap tahun kita peringati sebagai Hari Gizi, dan seyogianyalah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kualitas gizi masyarakat adalah salah satu penentu kemajuan bangsanegara kita ke depan.
2. Untuk meningkatkan kualitas anak-anak kita, sumber pangan yang bergizi tinggi sepatutnya dicari solusi yang bersifat lokal dan inovatif serta berbiaya murah. Sebagai negara kepulauan dengan potensi perikanan yang amat besar, amatlah logis kalau peningkatan gizi rakyat kita bersumber dari hasil laut. Sejak lama Jepang melakukan hal ini, menjadi bangsa dengan konsumsi ikan per kapita yang tertinggi di dunia.
3. Membangun pangan sesungguhnya adalah memperkuat identitas sebuah bangsa di dunia yang semakin menyatu ini.
DAFTAR PUSTAKA
Munadhiroh, Lina. Skripsi Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga & Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Kadarzi di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang, 2008
Y. Husodo, Siswono. Artikel Gizi Masyarakat dan Kualitas Manusia Indonesia, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar