Minggu, 10 September 2017

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TOP-DOWN PADA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS V SD


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.       Hakekat Pembelajaran Matematika
Untuk lebih mengetahui defenisi hasil belajar matematika, berikut akan dipaparkan satu persatu:
1.      Pengertian Belajar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, belajar adalah usaha untuk memperoleh ilmu.[1] Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Pencapaian tujuan pendidikaan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Sekarang timbul pertanyaan, apakah belajar itu sebenarnya? Samakah belajar dengan latihan, menghafal mengumpulkan fakta, dan studi? Tentu saja terdapat pendapat-pendapat yang satu sama lain berbeda.
Beberapa pakar pendidikan mendefenisaikan belajar sebagai berikut:
a.    Gagne berpendapat bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas.  Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b.    Travers mengemukakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c.    Cronbach  mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
d.   Morgan mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.[2]
  Defenisi-defenisi yang telah di kemukakan oleh para ahli di atas memang berbeda-beda,  namun bila dikaji dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.    belajar itu membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku, baik aktual maupun potensial,
b.    perubahan itu pada dasarnya adalah perolehan kecakapan baru,
c.    perubahan itu terjadi karena pengalaman, baik yang diusahakan dengan sengaja, maupun yang tidak diusahakan dengan sengaja. [3]
Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Perubahan perilaku ini dapat aktual, yaitu yang menampak dapat juga bersifat potensial. Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif permanen yang berarti perubahan itu  akan bertahan dalam waktu yang relatif lama. Tetapi perubahan itu tidak akan menetap terus-menerus, sehingga pada suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat belajar. Perubahan perilaku baik yang aktual maupun yang potensial merupakan hasil belajar, merupakan perubahan yang melalui pengalaman atau latihan. Ini berarti bahwa perubahan itu bukan terjadi karena faktor kematangan yang ada pada diri individu, tetapi perubahan itu bukan karena faktor kelelahan dan juga bukan faktor temporer individu seperti keadaan sakit serta pengaruh obat-obatan. Sebab faktor kematangan, kelelahan keadaan sakit dan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan perilaku individu, tetapi perubahan itu bukan kerana faktor belajar.[4]
Kesimpulan Dari beberapa pengertian diatas, bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang memperoleh kecakapan baru dan labih siap menghasapi situasi yang baru.
Adapun ciri-ciri dari perilaku itu adalah sebagai berikut:
a.    Perubahan yang terjadi secara sadar.
b.    Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
c.    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d.   Perubahan dalam belajar bersifat sementara.
e.    Bertujuan dan terarah.
f.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.[5]
Apabila proses pembelajaran di selenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain di maksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri  siswa secara terencana baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut di pengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, bahan atau materi pelajaran dan lain-lain[6]. sehingga siswa tersebut perlu bantuan agar ia dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan, dan yang akan membantunya di sekolah adalah guru. Seorang guru harus berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
2.      Pengertian Matematika
Terkait dengan pelajaran matematika, seseorang  untuk harus pula mengetahui dari matematika itu sendiri. Menurut bahasa, kata matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang di artikan sebagai sains, ilmu pengetahuan, atau belajar. Juga mathaematikos yang di artikan sebagai suka belajar.
Pengertian matematika menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Dalam perkembangannya bilangan ini diaplikasikan ke bidang ilmu-ilmu lain sesuai penggunaannya. Menurut James, matematika diartikan sebagai ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Menurut Reyt matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, Berdasarkan pengertian-pengertian tentang matematika tersebut maka matematika dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bilangan dan bangun serta konsep-konsep yang berkenaan dengan kebenarannya secara logika menggunakan simbol-simbol yang umum serta aplikasi dalam bidang lainnya.[7]
            Sedangkan Hudoyo  mengemukakan bahwa
Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logika sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logika dengan menggunakan pembuktian deduktif.[8]
  
Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga aturan atau algoritma operasinya.Lebih dari itu matematika juga berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dan penalarannya secara deduktif, sehingga matematika juga merupakan ilmu yang bersifat abstrak yang mempelajari ruang dan bilangan keduanya berhubungan secara teratur.
Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan dan logis berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Dengan demikian hakikat belajar matematika adalah mempelajari setiap konsep secara tersusun rapi, logis dan beraturan.
Matematika sebagai alat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi, baik itu masalah dalam mata pelajaran  yang lain maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia kerja. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi, misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atu soal-soal uraian matematika lainnya.
Pelajaran matematika yang berfungsi sebagai pola pikir, yaitu pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Dalam hal ini, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh sekumpulan objek. Dengan pengamatan terhadap contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep, kemudian dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus.
Matematika sebagai ilmu tau pengetahuan, dalam hal ini, seorang guru harus mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah. Dari ketiga fungsi matematika sekolah diatas, guru disini berfungsi dan berperan sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Setelah memahami hakikat matematika di harapkan siswa tertarik untuk belajar matematika sehingga memperoleh hasil belajar yang bagus. Bagus tidaknya hasil belajar siswa dapat diketahui dengan cara memberikan evaluasi hasil belajar. Dan harus di ingat bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah salah aspek potensi kemanusiaan saja.
3.        Hasil belajar
Dalam kamus besar bahasa indonesia, hasil diartikan sebagai sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha.[9]
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[10]
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

a.    Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
1)        Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Slameto mengatakan bahwa “ tingkat intelegensi  yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah”[11]. Intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”[12]

2)    Bakat
Bakat adalah sebagai kemempuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud[13]. Dari pernyataan  di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
3)   Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh[14]. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Ada beberapa peranan minat dalam belajar antara lain :
(a)          Menciptakan, menimbulkan konsentrasi atau perhatian dalam belajar
(b)     Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar
(c)      Memperkuat ingatan siswa tentang pelajaran yang telah di berikan oleh guru.
(d)     Melahirkan sikap belajar yang positif dan konstruktif
(e)      Memperkecil kebosanan siswa terhadap studi atau pelajaran
4)   Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
b.    Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat”[15].
c.    Keadaan Keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat. tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
   Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
d.   Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang. sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media / alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. AIat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.
e.    Lingkungan Masyarakat
Lingkungan adalah merupakan salah satu tempat berlangsungnya pendidikan. Faktor lingkungan ini turut memberikan warna dan corak terhadap proses belajar siswa. Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan
dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai  seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 persen dipengaruhi oleh kemmpuan siswa dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan.[16]
Dengan demikian hasil belajar matematika yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu kurun waktu tertentu. untuk mengetahui hasil belajar peserta didik biasanya dilakukan pengukuran keberhasilan, salah satu alat yang biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah tes. Jadi hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran  matematika.

B.       Pendekatan Top-Down
Menurut Muh.Ali bahwa dalam melakukan proses belajar mengajar, banyak faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya siswa menerima pelajaran tersebut sehingga seorang guru harus mengetahui situasi pengajaran di kelas. Situasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, faktor siswa, faktor kurikulum, dan faktor lingkungan[17].  Hal ini menunjukkan betapa besar peran guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan gurulah yang menentukan keberhasilan siswa-siswanya. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menguasai metode pembelajaran untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Muh.Nur bahwa pendekatan Top-Down ini sangat ditekankan dengan pendekatan kontruktivisme dalam pengajarannya. Mengajarkan suatu bahan ajar tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan ajar tersebut, namun lebih ditujukan untuk melatihkan keterampilan berfikir untuk diri mereka sendiri mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk, Top-Down berarti bahwa semua siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan (dengan bantuan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Selanjutnya dari pendapat Muh.Nur bahwa di dalam pengajaran Top-Down, siswa mulai dengan suatu tugas yang kopmleks, lengkap dan authentic, artinya bahwa tugas-tugas itu bukan merupakan bagian atau penyederhanaan dari tugas-tugas yang akhirnya diharapkan dapat dilakukan siswa, melainkan tugas itu merupakan tugas yang sebenarnya. Selanjutnya  Pendekatan ini dimulai dengan masalah yang sering muncul dari diri siswa dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan bagaimana menemukan langkah-langkah memecahkan masalah tersebut[18].
Adapun langkah-langkah pendekatan Top-Down adalah sebagai berikut:
1.    Memberikan suatu masalah yang kompleks kepada siswa.
Pada pertemuan pertama ini siswa diberikann suatu masalah yang kompleks atau yang sering muncul dari siswa yang berhubungan dengan materi yang mereka pelajari.
2.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah tersebut.
Pada tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan sendiri masalah tersebut.
3.    Guru membantu siswa seperlunya dalam memecahkan masalah tersebut, kemudian secara bertahap guru mengurangi dukungan langsung dan membiarkan siswa menyelesaikan tugas secara mandiri.
Pada tahap ini guru membantu siswa sedikit demi sedikit dalam  memecahkan masalah yang dihadapi tersebut seperlunya yang dibutuhkan oleh siswa sampai masalah itu selesai.
4.    Guru memberikan kuis untuk menentukan skor individu siswa.
Pembelajaran adalah proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya belajar pada diri pebelajar[19]. Dengan demikian, perencanaan pembelajaran adalah langkah yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran.

1.         Memilih strategi pemecahannya.
Memilih salah satu strategi yang sesuai yangsesuai dengan alternatif-alternatif dan syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya.
Seorang perancang system pengajaran harus dapat menyusuaikan antara metode mengajar, strategi mengajar yang akan digunakan dengan apa yang ingin diajarkan kepada siswa.
Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah sebagai berikut[20]:
a.     Metode ceramah
metode ini adalah metode yang paling mudah untuk dilakukn. Metode ini juga merupakan suatu cara untuk menyampaikan informasi dari guru ke seluruh siswa. Penggunaan metode ini pada pembelajaran matematika harus mempertimbangkan materi yang akan  diberikan dan kondisi siswa.
b.      Metode ekspositori
Metode ini sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegitan pada guru, namun pada metode ini dominasi guru banyak berkurang, karena guru hanya berbicara pda awal pelajaran, menerangkan materi, dan hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Selebihnya siswa diminta untuk membuat soal dan mencari pemecahan terhadap soal yang ada.
c.       Metode demonstrasi
Metode ini juga terpusat pada guru.Tetapi lebih tampak dari adanya peneonjolan mengeni suatu kemampuan guru dalam menurunkn rumus, membuktikan teorema, dan pada penggunaan alata peraga.
d.      Metode drill dan latihan
Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas dengn cepat dan cermat.
e.       Metode Tanya Jawab
Penggunaan metode ini dengan menyjikn metri pelajrn melalui Tanya jawab.
f.       Metode penemuan
Metode penemuan tidak berpusat pada guru. Dalam penggunn metode ini guru membimbing siswa untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajari. Sehingga siswa benar-benar aktif.
g.      Metode inkuiri
Metode inkuiri adalah metode yang paling mirip dengan metode penemuan. Hanya saja pad metode inkuiri siswa diminta untuk menemukan sendiri iformasi yang baru bagi dirinya dan guru.
h.      Metode permainan
Metode permainan baik digunkan untuk meningkatkan ketermpilan, penanaman konsep, pemahaman dan pemantapannya, meningkatkan kemampuan menemukan dan lainnya namun, penggunaannya perlu dibatasi dan direncanakan sebik mungkin.
i.        Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas ini ditunjukkan dengan adanya pemberian tugas dan pertanggungjawabannya dalam proses belajar.
2.         Melaksanakan  strategi yang telah dipilih untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Setelah strategi pemecahan telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menjalankan strategi tersebut dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
3.         Menentukan efektifitas hasilnya dengan jalan mengadakan evaluasi.
Untuk mengetahui apakah stretegi yang dijalankan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan,  maka dilakukan evaluasi.
4.         Mengadakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses tersebut.
Mengadakan revisi bila diperlukan pada setiap langkah dari proses ini adalah. Yaitu menentukan tindakan yang sebaiknya diambil apabila pelaksanaan tidak sesuai dengan rencana, atau jika pelaksanaan sesuai dengan rencana, tetapi ada indikasi bahwa tujuan tidak tercapai.

C.      Ruang Lingkup Materi
Materi Operasional Campuran Bulat Sesuai dengan kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang dipelajari pada kelas V Semester I. Aturan pengejaran operasi hitung campuran bilangan bulat adalah:
a.       Operasi dalam tanda kurung dikerjakan lebih dahulu.
b.      Penjumlahan dan pengurangan adalah setingkat maka pengerjaan dilakukan secara urut dari kiri.
c.       Perkalian dan pembagian adalah setingkat maka pengerjaan dilakukan secara urut dari kiri.
d.      Perkalian dan pembagian lebih tinggi tingkatnya dari penjumlahan dan pengurangan, maka perkalian atau pembagian dikerjakan lebih dahulu.

D.   Hipotesis.
Berdasarkan kajian teoritik yang telah di kemukakan diatas, maka jawaban sementara  terhadap permasalahan  di atas adalah Penerapan pendekatan Top-Down dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Inpres Hila Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah,

E.       Kerangka Pikir
ntuk melihat hasil belajar siswa, maka peneliti menyusun kerangka piker yang menggambarkan rancangan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:


















 


[1] Lukman Ali. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balau Pustaka, 2002), h. 17.
[2] Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), h. 2-3
[3] Sahabuddin. Mengajar dan Belajar Dua Aspek Dari Suatu Proses yang di sebut Pendidikan. (cet. III, Makassar: Badan Penerbit UNM, 2007). H. 81
[4] Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Edisi Revisi; Yogyakarta: Andi, 2003). H. 167-168.
[5] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (cet. II; Rineka Cipta: Jakarta), h. 129-130
[6] Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 1
[7] Amran YS Chaniago. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cet. V; Bandung Puskataka Setia, 2002). h. 38
[8] Hudoyo Herman, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: IKIP Malang. 1990), h. 3.
[9] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 300
[10] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosda Karya. 2005). h. 22
[11] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Cet. IV, Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 180
[12] Agus. S. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. Diakses http.sunartombs.wordpress.com. hal. 10
[13] Prof. Dr. S. C. Utamin Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990. h. 17).
[14] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Cet. IV, Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 180.
[15] Ibid, h. 60
[16] Ahmad Sabri, strategi Belajar Mengajar, (Ciputat; Quantum Teaching, 2007), h. 45
[17] Muhammad Ali. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (Cet. XIII. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), h. 7
[18] Muhammad Nur dan Prima Retno Wikardani. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivisme dalam Pengajaran. (Surabaya: UN Surabaya, 2000), h. 12.
[19] Abdul Hanafing, Belajar dan Pembelajaran, (Makassar: Badan Penerbit UNM, 2007), h. 14
[20] Erman Suherman, Ibid, h. 200