Minggu, 08 Mei 2011

PEMIKIRAN – PEMIKIRAN PAKAR EKONOMI

  1. Adam Smith
    Adam Smith, sebagai seorang pemikir memiliki kerangka berpikir yang sistematis dan tertarik pada perilaku manusia (human conduct). Sebagai seorang filsuf moral Smith tertarik pada masalah-masalah ekonomi, terbukti pada catatan perkuliahannya antara tahun 1760-1764 tentang filsuf moral terdapat beberapa poin yang menyinggung masalah ekonomi. Dalam pemikirannya Adam Smith banyak dipengaruhi oleh beberapa pemikir-pemikir besar sebelumnya.
    Seperti Francis Hutcheson, melandasi dasar kecintaan Smith pada natural order. Beberapa paham naturalist yang turut mengilhaminya antara lain, Stoicsisme Yunani, Epicureans, Stoicisme Romawi (antara lain Cicero, Seneca, Epictetus), Hobbes, Bacon dan Locke.
     Teori uang Smith disusun berdasar referensi dari Hume, Locke dan Steuarts. Dari Petty dan Steuarts, Smith belajar tentang public finance. Pemikiran Smith memberi kejelasan pada pemikiran-pemikiran sebelumnya. Theory of Moral Sentiments (1759) dan An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776) merupakan hasil pemikirannya.
  •  Individualisme dan Kebebasan
Dalam buku The Theory of Moral Sentiment, Smith meyakinkan pembacanya bahwa setiap manusia sangat menyukai hidup sebagai warga masarakat, dan tidak menyukai hidup ang individualistik dan mementingkan diri sendiri.
Adam Smith memiliki pemikiran bahwa setiap orang secara natural akan saling menghargai (rasional) sehingga dia menganggap manusia adalah makhluk bebas yang dengan sendirinya tahu nilai-nilai kemasyarakatan. Pemikiran semacam ini sangat berbahaya karena pada kenyataannya manusia tidak seperti anggapan Adam Smith (rasional, ada beberapa manusia yang irasional
Tanpa adanya peraturan manusia akan saling makan dan menindas yang berlaku adalah hukum rimba. Smith yang menghargai sifat natural manusia dan kecewa pada dampak merkantilisme membenci campur tangan pemerintah tetapi tanpa ada campur tangan pemerintah, kehidupan dalam bernegara tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya.
  •  Laissez-faire Principles
Di dalam bukunya Smith yang berjudul Wealth of Nations, prinsip Laissez faire menjadi dasar dari sistem ajaran dan menjadi pelabuhan bagi filsuf-filsuf luar negeri yang membentuk suatu bagian esensial. Prinsip Laissez faire, persaingan, dan teori nilai pekerja adalah fitur berharga yang diajarkan dari sekolah ekonomi beraliran klasik, yang secara esensial dibangun oleh Smith serta Malthus, Ricardo, dan Mill. Prinsip Laissez faire merupakan pondasi bagi sistem ekonomi klasik.
Ketika Smith membuat pembelaannya untuk natural liberty atau lissez faire, dia telah ketinggalan tradisi filosifi politik Locke. Pemikiran besar bahwa ada pembatasan untuk legitimasi fungsi pemerintah dia dapat menemukn pada Locke.
Prinsip pembatasan Locke akan membatasi legislasi untuk yang dibuat untuk barang public. Bagi Smith, barang public membutuhkan laissez faire karena pencarian self-interest, dipandu oleh invisible hand dari persaingan, yang menghasilkannya, sedangkan intervensi pemerintah dalam lingkungan perekonomian akan lebih sering mengganggu daripada menolong
  •  Labor Theory of Value
Kemajuan besar ajaran ekonomi adalah saat Smith melakukan emansipasi terhadap kedua belenggu kaum merkantilis dan physiokrat. Labih dari duaratus tahun para ahli ekonomi mencari sumber kemakmuran. Kaum merkantilis menemukan sumber kemakmuran pada perdagangan internasional, sedangkan kaum physiokrat menemukannya pada lebih jauh lagi dan beranggapan bahwa kemakmuran yang asli didapat dari pengaruh perdagangan terhadap produksi, pada saat itu hanya ada satu macam produks yaitu pertanian.
Smith membangun pondasi Petty dan Cantillon yaitu pengaruh final revolution. Dengan pekerjanya menjadi sumber dana yang secara orisinil menyetor tiap-tiap negara ‘dengan semua keperluan dan kebutuhan hidup yang dikonsumsi setiap tahunnya.
Teori tentang pekerja Smith merupakan penambahan teori Petty dan Cantillon dengan supply dan demand versi John Locke. Campur tangan uang mengubah perkiraan nilai barang tetap jauh dari basis pekerja. Teori nilai pekerja-nya Smith berubah menjadi teori biaya produksi. Tanah dan modal muncul menjadi faktor produksi yang dikelola pekerja di satu waktu, di waktu yang lain pengembalian tanah dan modal digambarkan sebagai deduksi dari produk pekerja.
  •  Division of Labor
Smith memulai analisisnya dengan division of labor karena dia berharap menemukan dasar transformasi yang tepat dari bentuk konkret pekerja, yang memproduksi barang yang tepat (berguna), kepada pekerja sebagai elemen sosial, yang menjadi sumber kemakmuran dalam bentuk abstrak (nilai pertukaran).
Divisions of labor dijadikan dasar oleh Smith karena meningkatkan produktivitas pekerja. Setelah memberikan pengetahuannya mengenai perhitungan qualitas dan konsekuensi, Smith memproses penyelidikan terhadap penyebabnya.
  •  Teori Upah
Bahwa harga natural dihubungkan pada level output merupakan suatu pemikiran yang tidak dipertimbangkan oleh smith. Asumsi implicit bahwa yang mendasari pendapatnya adalah semua koefisien biaya konstan dan tetap dari produksi.
Dalam teorinya tidak ada tempat untuk diminishing returns atau factor substitution. Sesungguhnya harga natural secara fungsional dihubungkan hanya untuk factor pengembalian seperti yang ditunjukkan oleh Smith, natural price mengubah dengan tingkat natural dari setiap komponennya yaitu upah, profit, dan sewa.
Upah natural dari labor menurut smith terdiri dari produk labor yang sebelum pemberian tanah dan akumulasi capital semestinya dalam keseluruhan pekerjaannya. Dengan kenaikkan kelas tuan tanah dan kapitalis pekerja dia harus membagi produknya dengan tuan tanah dan majikan. Buruh dan majikan adalah bentuk kombinasi kenaikkan atau penurunan upah.
  •  Teori Sewa
     Dalam teori sewanya, Smith bimbang antara jumlah prinsip eksplanatori pada yang di bawah pembayaran sewa. Ini baginya, “secara alami suatu harga monopoli,” suatu penunjukkan yang dijelaskan oleh observasi bahwa “ini tidak semua proporsion pada apa yang tuan tanah mungkin meletakkan dalam peningkatan tanah atau apa yang dapay dia hasilkan, tapi apa yang dapat petani hasilkan untuk diberikan.”
Ketika smith membicarakan harga komoditas dia memasukan sewa tanah sebagai elemen biaya dan kemudian sebagai determinan harga produk, tapi dalam chapter secara khusus disediakan untuk sewa dia mempertimbangkan suatu sewa tinggi atau rendah efek dari harga produk yang tinggi atau rendah.
    Smith tidak mengubah bagian ini dalam kritik Hume, dia tidak menemukan ketidakkonsistenannya. Ini mungkin bahwa dalam teori harga microekonominya dia mempertimbangkan kegunaan khusus dari bidang tanah sebagai biaya pengadaan dalam istilah oportunitas alternative, sedangkan dalam teori makroekonomi dari disribusi tanah sebagai suatu keseluruhan yang dipandang sebagai perolehan bukan kegunaan alternative.

2. John Maynard Keynes - Keynesianisme
   Keynes ada pada posisi yang unik dalam sejarah pemikiran ekonomi barat, karena pada saat-saat krisis Keynes. Ideologi Keynes dapat  menawarkan suatu pemecahan yang merupakan jalan tengah.  Dia berpendapat bahwa untuk menolong sistem perekonomian negara-negara tersebut, orang harus bersedia meninggalkan ideologi laissez taire yang murni. Tidak bisa tidak, pemerintah harus melakukan campur tangan lebih banyak  dalam mengendalikan perekonomian nasional.
    Keynes mengatakan bahwa kegiatan produksi dan pemilikan faktor-faktor produksi masih tetap bisa dipegang oleh swasta, tetapi pemerintah wajib melakukan kebijakan-kebijakan yang secara aktif akan mempengaruhi gerak perekonomian. Sebagai contoh, pada saat terjadi depresi, pemerintah harus bersedia melakukan program atau kegiatan yang langsung dapat meyerap tenaga kerja (yang tidak tertampung di sektor swasta), meskipun itu membutuhkan biaya besar.
     Inti dari ideologi Keynesianisme adalah Keynes tidak percaya akan kekuatan hakiki dari sistem laissez faire untuk mengoreksi diri  sendiri sehingga tercapai kondisi efisien (full employment) secara otomatis, tetapi kondisi full-employment hanya dapat dicapai dengan tindakan-tindakan terencana.

3. Milton Friedman - Pemikiran Moneteris (Monetarism)
     Selama tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton Friedman telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran moneteris (monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan tentang kurva Phillips (kurva yang menunjukkan  bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah saling berkebalikan).
     Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman “inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”. Pertumbuhan moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat yang rendah.
Adapun gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah :
  1. Sektor atau perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil.
  2. Kebijakan makroekonomi aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter hanya akan membuat keadaan perekonomian menjadi lebih buruk.  Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”. Dengan perkataan lain, kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang seminimum mungkin di dalam perekonomian.
  3. Seperti halnya dengan aliran Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa harga-harga dan upah di dalam perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan.
  4.  Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang sangat penting dari tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Berbagai pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang penting , yaitu :
  1. Stabilitas di dalam pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan makroekonomi.
  2. Kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat stabilisasi yang efektif.
4. Friedrich August von Hayek
    Peran Friedrich August von Hayek pada akhir abad ke-20 seiring dengan runtuhnya sosialisme mungkin dapat dikatakan mirip hampir mirip dengan peran yang dimainkan oleh Adam Smith pada abad ke 18, yang memberikan pencerahan dan penekanan pada kekuatan kreatif dari kebebasan dan ekonomi pasar.  Ia bahkan dianggap sebagai figure kunci di abad ke 20 bagi kemunculan kembali liberalisme.
     Dengan sendirinya, sumbangan dan peran besar yang dimainkan oleh Hayek dalam penyebarluasan ide dan tatanan kebebasan membuat ia menjadi musuh nomor 1 dari kelompok sosialis. Mulai dari karyanya yang terkenal The Road to Serfdom” (1944), “The Constitution of Liberty” (1960) hingga “The Fatal Conceit: The Errors of Socialism” (1989), gagasan Hayek tentang kapitalisme global memberikan pengaruh yang tak sedikit kepada para pemikir dan filsuf  terkenal seperti K. R. Popper dan Robert Nozick. Bukan itu saja gagasan-gagasanya pun memberikan kontribusi pengaruh yang tak sedikit terhadap para pemimpin politik di Timur maupun Barat, seperti Ludwig Erhard, Margaret Thatcher atau Ronald Reagan, dan Vaclav Klaus dari Republik Czech, Leszek Balcerovicz dari Polandia, dan Mart Laar dari Estonia, serta banyak lagi yang lainnya. Oleh karenanya sekali lagi Hayek menjadi target yang terkenal dari para kelompok sosialis, proteksionist, dan belakangan para pengkritik globalisasi dan neo-liberal.
    Hayek memberikan kontribusi yang tak sedikit terhadap perdebatan yang menyangkut spontaneous dan limits of knowledge. Pemikiran Hayek juga memberikan kontribusi pemahaman yang menyangkut  kebijakan kompetisi dalam konteks pasar terbuka, konstitusi dan desentralisasi system politik dan kontrol terkadap kekuasaan. Kompetisi oleh Hayek dianggap sebagai prosedur terbaik bagi pencarian solusi baru dan terbaik, dan memberikan kesempatan yang terbaik bagi setiap individu dalam mengejar kebahagian hidup mereka.
   Sumbangan Hayek terpenting lainnya muncul pada arena politik dengan keterlibatannya dalam pendirian “Mont Pelerin Society” pada 10 April tahun 1947.  Dengan mengundang sekitar 36 orang yang kebanyakan merupakan ekonom, sejarahwan, filsuf, untuk hadir di Mont Pelerin, Switzerland, Hayek mengajak mereka mendiskusikan mengenai negara dan penerapan liberalisme baik sebagai sebuah pemikiran maupun didalam praktek.


KESIMPULAN

      Kebenaran sebagai suatu hakikat pokok dari suatu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sifatnya tidak statis.  Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat membuat konsekuensi logis dan dengan sendirinya memunculkan aliran-aliran pemikiran yang sanggup menjawab permasalahan pada suatu saat atau suatu masa.  Timbulnya aliran pemikiran dilandasi pada suatu fenomena, asumsi, penggunaan alat (tools) analisa yang berbeda antara satu pemikiran dengan pemikiran yang lain.
    Kebenaran pada satu objek tertentu haruslah kita jawab hanya ada satu.  Karena pada intinya kebenaran itu adalah hakikat.  Sedangkan pada setiap hakikat selalu mengandung satu makna atau satu muatan.  Dengan diyakini bahwa makroekonomi adalah suatu pengetahuan maka di dalamnya mengandung kebenaran.  Namun usaha untuk menjawab kebenaran yang dinamis tersebut memerlukan aliran-aliran pemikiran, tidak menunjukkan bahwa aliran-aliran pemikiran tersebut tidak mengandung kebenaran dari pemikiran apa yang dihasilkannya.  Munculnya aliran pemikiran-pemikiran tersebut dapat diterjemahkan bahwa permasalahan pengetahuan dipandang oleh seseorang atau beberapa kelompok orang dengan cara yang berbeda dan pada situasi yang tidak sama.


DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1980.  Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, seri. 2, edisi keempat, BPFE, Yogyakarta.
Galbraith, J.K and W  Darity, Jr. 1984.  Macroeconomics.  Houghton Mifflin Company.  New Jersey.
Keraf, A.S dan M. Dua.  2001.  Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.  Penerbit Kanisius.  Yogyakarta.
Nanga, M. 2001.  Makroekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
www.hayekcenter.org,
www.mises.org/hayekbio.asp
www.Google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar