BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hakekat Pembelajaran Matematika
Untuk lebih
mengetahui defenisi hasil belajar matematika, berikut akan dipaparkan satu
persatu:
1.
Pengertian Belajar
Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, belajar adalah usaha untuk memperoleh ilmu.[1] Kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Pencapaian tujuan pendidikaan
banyak tergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Sekarang timbul pertanyaan, apakah belajar itu
sebenarnya? Samakah belajar dengan latihan, menghafal mengumpulkan fakta, dan
studi? Tentu saja terdapat pendapat-pendapat yang satu sama lain berbeda.
Beberapa
pakar pendidikan mendefenisaikan belajar sebagai berikut:
a.
Gagne berpendapat bahwa belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktifitas. Perubahan disposisi tersebut
bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b.
Travers mengemukakan bahwa belajar
adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c.
Cronbach
mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.
d.
Morgan mengatakan bahwa belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.[2]
Defenisi-defenisi yang telah di kemukakan oleh para ahli di atas memang
berbeda-beda, namun bila dikaji dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a.
belajar itu membawa perubahan dalam arti
perubahan perilaku, baik aktual maupun potensial,
b.
perubahan itu pada dasarnya adalah
perolehan kecakapan baru,
c.
perubahan itu terjadi karena pengalaman,
baik yang diusahakan dengan sengaja, maupun yang tidak diusahakan dengan
sengaja. [3]
Belajar merupakan suatu proses, yang
mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance).
Perubahan perilaku ini dapat aktual, yaitu yang menampak dapat juga bersifat
potensial. Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif
permanen yang berarti perubahan itu akan
bertahan dalam waktu yang relatif lama. Tetapi perubahan itu tidak akan menetap
terus-menerus, sehingga pada suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi
sebagai akibat belajar. Perubahan perilaku baik yang aktual maupun yang
potensial merupakan hasil belajar, merupakan perubahan yang melalui pengalaman
atau latihan. Ini berarti bahwa perubahan itu bukan terjadi karena faktor
kematangan yang ada pada diri individu, tetapi perubahan itu bukan karena
faktor kelelahan dan juga bukan faktor temporer individu seperti keadaan sakit
serta pengaruh obat-obatan. Sebab faktor kematangan, kelelahan keadaan sakit
dan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan perilaku individu, tetapi perubahan
itu bukan kerana faktor belajar.[4]
Kesimpulan Dari beberapa pengertian diatas,
bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang memperoleh
kecakapan baru dan labih siap menghasapi situasi yang baru.
Adapun
ciri-ciri dari perilaku itu adalah sebagai berikut:
a.
Perubahan
yang terjadi secara sadar.
b.
Perubahan
dalam belajar bersifat fungsional.
c.
Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d.
Perubahan
dalam belajar bersifat sementara.
e.
Bertujuan dan terarah.
f.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.[5]
Apabila proses
pembelajaran di selenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain di
maksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri
siswa secara terencana baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun
sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut di pengaruhi oleh
lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, bahan atau materi
pelajaran dan lain-lain[6].
sehingga siswa tersebut perlu bantuan agar ia dapat mencapai tujuan yang telah
di tetapkan, dan yang akan membantunya di sekolah adalah guru. Seorang guru
harus berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik.
2.
Pengertian Matematika
Terkait dengan pelajaran matematika, seseorang untuk harus pula mengetahui dari matematika
itu sendiri. Menurut bahasa, kata matematika berasal dari kata mathema
dalam bahasa Yunani yang di artikan sebagai sains, ilmu pengetahuan,
atau belajar. Juga mathaematikos yang di artikan sebagai suka belajar.
Pengertian
matematika menurut kamus besar Bahasa Indonesia
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan
antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah bilangan. Dalam perkembangannya bilangan ini diaplikasikan ke bidang
ilmu-ilmu lain sesuai penggunaannya. Menurut James, matematika diartikan
sebagai ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Menurut Reyt matematika adalah
(1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan
demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain
yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan
strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang
ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu
ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa
(a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term
dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains,
keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, Berdasarkan
pengertian-pengertian tentang matematika tersebut maka matematika dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bilangan dan bangun serta
konsep-konsep yang berkenaan dengan kebenarannya secara logika menggunakan
simbol-simbol yang umum serta aplikasi dalam bidang lainnya.[7]
Sedangkan Hudoyo
mengemukakan bahwa
Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan),
struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logika sehingga
matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran
matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logika dengan menggunakan
pembuktian deduktif”.[8]
Matematika
tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya,
melainkan juga aturan atau algoritma operasinya.Lebih dari itu matematika juga
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hierarki dan penalarannya secara deduktif, sehingga matematika juga merupakan
ilmu yang bersifat abstrak yang mempelajari ruang dan bilangan keduanya
berhubungan secara teratur.
Matematika
adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan dan logis berjenjang dari
yang paling mudah hingga yang paling rumit. Dengan demikian hakikat belajar matematika adalah
mempelajari setiap konsep secara tersusun rapi, logis dan beraturan.
Matematika sebagai alat berfungsi untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, baik itu masalah dalam mata pelajaran yang lain maupun masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam dunia kerja. Siswa diberi pengalaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi,
misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model
matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atu soal-soal
uraian matematika lainnya.
Pelajaran matematika yang berfungsi
sebagai pola pikir, yaitu pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara
pengertian-pengertian itu. Dalam hal ini, siswa dibiasakan untuk memperoleh
pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki atau tidak
dimiliki oleh sekumpulan objek. Dengan pengamatan terhadap contoh diharapkan
siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep, kemudian dilatih untuk membuat
perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan
yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus.
Matematika sebagai ilmu tau pengetahuan,
dalam hal ini, seorang guru harus mampu menunjukkan bahwa matematika selalu
mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila
ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang
mengikuti pola pikir yang sah. Dari ketiga fungsi matematika sekolah diatas,
guru disini berfungsi dan berperan sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam
pembelajaran matematika di sekolah.
Setelah memahami
hakikat matematika di harapkan siswa tertarik untuk belajar matematika sehingga
memperoleh hasil belajar yang bagus. Bagus tidaknya hasil belajar siswa dapat
diketahui dengan cara memberikan evaluasi hasil belajar. Dan harus di ingat
bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah salah aspek potensi kemanusiaan saja.
3.
Hasil
belajar
Dalam kamus
besar bahasa indonesia, hasil diartikan sebagai sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha.[9]
Hasil belajar
merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya.
Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.[10]
Untuk mencapai
prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang
terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar
siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak
bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain
adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
a.
Faktor
Intern
Faktor intern
adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang
dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat,
minat dan motivasi.
1)
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah
kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya,
sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas
bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam
kegiatan belajar mengajar.
Kecerdasan merupakan salah satu aspek yang
penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang
murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara
potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Slameto mengatakan bahwa “
tingkat intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah”[11]. Intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin
kecil peluangnya untuk meraih sukses.”[12]
2)
Bakat
Bakat adalah
sebagai kemempuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih agar dapat terwujud[13]. Dari pernyataan
di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat
ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat
mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam
proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting
dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau
orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
3)
Minat
Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh[14]. Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.
Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai
dengan rasa sayang.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Ada
beberapa peranan minat dalam belajar antara lain :
(a)
Menciptakan, menimbulkan konsentrasi atau perhatian dalam
belajar
(b) Menimbulkan kegembiraan atau
perasaan senang dalam belajar
(c) Memperkuat ingatan siswa tentang
pelajaran yang telah di berikan oleh guru.
(d) Melahirkan sikap belajar yang positif
dan konstruktif
(e) Memperkecil kebosanan siswa terhadap
studi atau pelajaran
4)
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena
hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan
belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara
mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar
mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
b.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan
tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto faktor ekstern yang
dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan
lingkungan masyarakat”[15].
c.
Keadaan Keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat.
tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil,
tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara
dan dunia.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Oleh karena itu
orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan
sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke
lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru
sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama
yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius
tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan
dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak
memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
d.
Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang.
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat.
Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan
siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang
baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Guru dituntut untuk menguasai
bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam
mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran
yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam
proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber
belajar itu dapat berupa media / alat bantu belajar serta bahan baku penunjang.
AIat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu
siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik,
menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih
bermakna.
e.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
adalah merupakan salah satu tempat berlangsungnya pendidikan. Faktor lingkungan
ini turut memberikan warna dan corak terhadap proses belajar siswa. Di samping
orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan.
Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul
dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Dalam hal ini lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai seperti dikemukakan oleh Clark
bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 persen dipengaruhi oleh kemmpuan siswa
dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan.[16]
Dengan
demikian hasil belajar matematika yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah
tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran matematika setelah
memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu kurun waktu tertentu. untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik biasanya dilakukan pengukuran
keberhasilan, salah satu alat yang biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar
adalah tes. Jadi hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran matematika.
B.
Pendekatan Top-Down
Menurut Muh.Ali bahwa dalam melakukan
proses belajar mengajar, banyak faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya
siswa menerima pelajaran tersebut sehingga seorang guru harus mengetahui
situasi pengajaran di kelas. Situasi
ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, faktor siswa, faktor
kurikulum, dan faktor lingkungan[17]. Hal ini menunjukkan betapa besar peran guru
dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan gurulah yang
menentukan keberhasilan siswa-siswanya. Oleh karena itu seorang guru harus dapat
menguasai metode pembelajaran untuk diterapkan dalam proses pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Muh.Nur
bahwa pendekatan Top-Down ini sangat
ditekankan dengan pendekatan kontruktivisme dalam pengajarannya. Mengajarkan
suatu bahan ajar tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan ajar
tersebut, namun lebih ditujukan untuk melatihkan keterampilan berfikir untuk
diri mereka sendiri mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk, Top-Down berarti bahwa semua siswa mulai
dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya
memecahkan (dengan bantuan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan. Selanjutnya dari pendapat Muh.Nur bahwa di dalam pengajaran Top-Down, siswa mulai dengan suatu tugas
yang kopmleks, lengkap dan authentic, artinya bahwa tugas-tugas itu bukan
merupakan bagian atau penyederhanaan dari tugas-tugas yang akhirnya diharapkan
dapat dilakukan siswa, melainkan tugas itu merupakan tugas yang sebenarnya.
Selanjutnya Pendekatan ini dimulai
dengan masalah yang sering muncul dari diri siswa dan selanjutnya membantu
siswa menyelesaikan bagaimana menemukan langkah-langkah memecahkan masalah
tersebut[18].
Adapun
langkah-langkah pendekatan Top-Down adalah sebagai berikut:
1.
Memberikan
suatu masalah yang kompleks kepada siswa.
Pada pertemuan pertama ini siswa diberikann suatu masalah
yang kompleks atau yang sering muncul dari siswa yang berhubungan dengan materi
yang mereka pelajari.
2.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah tersebut.
Pada tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelesaikan sendiri masalah tersebut.
3.
Guru
membantu siswa seperlunya dalam memecahkan masalah tersebut, kemudian secara
bertahap guru mengurangi dukungan langsung dan membiarkan siswa menyelesaikan
tugas secara mandiri.
Pada tahap ini guru membantu siswa sedikit demi sedikit
dalam memecahkan masalah yang dihadapi
tersebut seperlunya yang dibutuhkan oleh siswa sampai masalah itu selesai.
4.
Guru
memberikan kuis untuk menentukan skor individu siswa.
Pembelajaran
adalah proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan terjadinya belajar pada diri pebelajar[19]. Dengan
demikian, perencanaan pembelajaran adalah langkah yang akan ditempuh dalam
proses pembelajaran.
1.
Memilih
strategi pemecahannya.
Memilih salah satu
strategi yang sesuai yangsesuai dengan alternatif-alternatif dan syarat-syarat
yang telah ditentukan sebelumnya.
Seorang
perancang system pengajaran harus dapat menyusuaikan antara metode mengajar,
strategi mengajar yang akan digunakan dengan apa yang ingin diajarkan kepada
siswa.
Beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah sebagai berikut[20]:
a.
Metode ceramah
metode ini adalah metode yang paling mudah untuk
dilakukn. Metode ini juga merupakan suatu cara untuk menyampaikan informasi
dari guru ke seluruh siswa. Penggunaan metode ini pada pembelajaran matematika
harus mempertimbangkan materi yang akan
diberikan dan kondisi siswa.
b.
Metode ekspositori
Metode
ini sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegitan pada guru, namun
pada metode ini dominasi guru banyak berkurang, karena guru hanya berbicara pda
awal pelajaran, menerangkan materi, dan hanya pada waktu-waktu tertentu saja.
Selebihnya siswa diminta untuk membuat soal dan mencari pemecahan terhadap soal
yang ada.
c.
Metode demonstrasi
Metode
ini juga terpusat pada guru.Tetapi lebih tampak dari adanya peneonjolan mengeni
suatu kemampuan guru dalam menurunkn rumus, membuktikan teorema, dan pada
penggunaan alata peraga.
d.
Metode drill dan latihan
Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengerjakan tugas dengn cepat dan cermat.
e.
Metode Tanya Jawab
Penggunaan metode ini dengan menyjikn metri pelajrn
melalui Tanya jawab.
f.
Metode penemuan
Metode penemuan tidak berpusat pada guru. Dalam penggunn
metode ini guru membimbing siswa untuk menemukan sendiri materi yang akan
dipelajari. Sehingga siswa benar-benar aktif.
g.
Metode inkuiri
Metode inkuiri adalah metode yang paling mirip dengan
metode penemuan. Hanya saja pad metode inkuiri siswa diminta untuk menemukan
sendiri iformasi yang baru bagi dirinya dan guru.
h.
Metode permainan
Metode
permainan baik digunkan untuk meningkatkan ketermpilan, penanaman konsep,
pemahaman dan pemantapannya, meningkatkan kemampuan menemukan dan lainnya
namun, penggunaannya perlu dibatasi dan direncanakan sebik mungkin.
i.
Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas ini ditunjukkan dengan adanya
pemberian tugas dan pertanggungjawabannya dalam proses belajar.
2.
Melaksanakan strategi yang telah dipilih untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
Setelah strategi
pemecahan telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menjalankan
strategi tersebut dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
3.
Menentukan
efektifitas hasilnya dengan jalan mengadakan evaluasi.
Untuk
mengetahui apakah stretegi yang dijalankan dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dilakukan evaluasi.
4.
Mengadakan
revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses tersebut.
Mengadakan revisi
bila diperlukan pada setiap langkah dari proses ini adalah. Yaitu menentukan
tindakan yang sebaiknya diambil apabila pelaksanaan tidak sesuai dengan
rencana, atau jika pelaksanaan sesuai dengan rencana, tetapi ada indikasi bahwa
tujuan tidak tercapai.
C.
Ruang Lingkup Materi
Materi Operasional Campuran Bulat Sesuai
dengan kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang dipelajari
pada kelas V Semester I. Aturan pengejaran operasi hitung campuran bilangan
bulat adalah:
a.
Operasi dalam tanda kurung dikerjakan
lebih dahulu.
b.
Penjumlahan dan pengurangan adalah
setingkat maka pengerjaan dilakukan secara urut dari kiri.
c.
Perkalian dan pembagian adalah setingkat
maka pengerjaan dilakukan secara urut dari kiri.
d.
Perkalian dan pembagian lebih tinggi tingkatnya
dari penjumlahan dan pengurangan, maka perkalian atau pembagian dikerjakan
lebih dahulu.
D. Hipotesis.
Berdasarkan
kajian teoritik yang telah di kemukakan diatas, maka jawaban sementara terhadap permasalahan di atas adalah Penerapan pendekatan Top-Down
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Inpres Hila
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku
Tengah,
E.
Kerangka Pikir
ntuk
melihat hasil belajar siswa, maka peneliti menyusun kerangka piker yang
menggambarkan rancangan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini dapat
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
[2] Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem
(Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), h. 2-3
[3]
Sahabuddin. Mengajar dan Belajar Dua Aspek Dari Suatu
Proses yang di sebut Pendidikan. (cet. III, Makassar: Badan Penerbit UNM,
2007). H. 81
[4] Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Edisi Revisi;
Yogyakarta: Andi, 2003). H. 167-168.
[5] Abu Ahmadi & Widodo
Supriyono. Psikologi Belajar. (cet.
II; Rineka Cipta: Jakarta), h. 129-130
[6] Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 1
[7] Amran YS Chaniago. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia. Cet. V; Bandung Puskataka Setia, 2002). h. 38
[8] Hudoyo Herman, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang:
IKIP Malang. 1990), h. 3.
[9] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 300
[10] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Rosda Karya. 2005). h. 22
[11] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Cet. IV, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h. 180
[12] Agus. S. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. Diakses
http.sunartombs.wordpress.com. hal. 10
[13] Prof. Dr. S. C. Utamin Munandar,
Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak,
(Jakarta: PT. Gramedia, 1990. h. 17).
[14] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Cet. IV, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h. 180.
[15] Ibid, h. 60
[16] Ahmad Sabri, strategi Belajar Mengajar, (Ciputat;
Quantum Teaching, 2007), h. 45
[17] Muhammad Ali. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (Cet.
XIII. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), h. 7
[18] Muhammad Nur dan Prima Retno
Wikardani. Pengajaran Berpusat Kepada
Siswa dan Pendekatan Kontruktivisme dalam Pengajaran. (Surabaya: UN
Surabaya, 2000), h. 12.
[19] Abdul Hanafing, Belajar dan
Pembelajaran, (Makassar: Badan Penerbit UNM, 2007), h. 14
[20] Erman Suherman, Ibid, h. 200