BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan
teknologi (iptek), semakin tinggi pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di
antaranya dengan semakin pesatnya perkembangan proses industrialisasi dan
sistem transportasi. Sebagai konsekuensi logis, maka semakin meningkat pula
zat-zat polutan yang dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi
tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan berpengaruh
terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Salah satu
dampaknya ialah dengan terjadinya hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert
Angus Smith pada tahun 1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester,
sebuah kawasan industri di bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya
merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi asam. Deposisi asam terdiri
dari dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering
adalah peristiwa terkenanya benda dan molekul hidup oleh asam yang ada dalam
udara.
Demikian halnya dengan pemanasan global. Pemanasan
global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di
seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan
industri. Oleh karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktivitas
manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Konsumsi energi bahan bakar fosil. Sektor
industri merupakan penyumbang emisi karbon terbesar, sedangkan sektor
transportasi menempati posisi kedua. Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral (2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari
total konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan
10% dari total konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas
rumah kaca sebesar 24,84% dari total emisi gas rumah kaca.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan hujan asam?
2.
Proses hujan asam dan dampaknya
3.
Apa yang dimaksud dengan global Warming
4.
Apa yang menyebabkan Global Warming dan
Dampaknya
C. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen. Selain itu pembuatan makalah ini untuk
menyadarkan tentang keadaan yang ada pada saat ini. Harapan penulis adalah agar
makalah ini dapat berguna bagi yang membacanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
1.
Hujan
Asam
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada
hujan biasa (Hunter BT, 2004 dalam Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari
atmosfer dapat bersifat abash (dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering
(dari pertukaran turbulen dan pengaruh gravitasi yang tidak berkaitan dengan
hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada tahun 1950, yaitu pada saat
hujan asam tersebut memberikan dampak negative berupa air yang bersifat asam di
danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam Rahardiman, Arya. 2009).
Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hydrogen ke
dalam suatu lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion
hydrogen yang bersal dari asam sulfat (H2SO4) dan atau
asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi sulfur
dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan hydrogen peroksida.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar
pertama terjadi pada tahun 1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat
keasamannya hingga mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga
terjadi di Amerika Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa
dan Amerika yang rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha
penaggulangannya, baik melalui bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.
Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak
membawa zat pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O
yang ada pada air hujan bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi
tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di
air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya akan
turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global
warming, gas buang seperti SO2 penyebab hujan asam mampu
memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah
kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam
menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global
warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang kurang
tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi.
Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan
asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga
melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah
deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan
deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk
hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan
karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu
deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang
membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat
dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan.
Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di
awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam.
Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang
mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke
bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat
terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
2.
Pemanasan
Global
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu
rata-rata di atmosfer, laut,dan daratan di bumi. Suhu rata-rata global pada
permukaan bumi telah meningkat selamaseratus tahun terakhir. Sebagian
peningkatan suhu rata-rata global disebabkan olehmeningkatnya jumlah gas-gas
rumah kaca akibat kegiatan manusia, seperti pembakaranminyak bumi, batu bara
untuk kegiatan industri, transportasi, dan pertambangan.Pemanasan global ini
berkaitan erat dengan panas matahari yang diterima bumi.Matahari memancarkan
energinya ke bumi dalam bentuk cahaya. Ketika energi itu
mengenai permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi.Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya keangkasa. Namun, sebagian panas terperangkap di atmosfer bumi
akibat menumpuknya gas-gasrumah kaca, antar alain uap air, karbon dioksida, dan
metana yang menjadi perangkapgelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombangyang dipancarkan bimi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang
dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terusmeningkat,
Pemanasan bumi oleh matahari adalah proses yang
alamiah. Namun masalahnya, saat ini terjadi peningkatan gas-gas rumah kaca
karena aktivitas manusia yang berlebihan. GasCO yang dihasilkan dari pembakaran
bahan baker fosil seperti minyak bumi dan batu bara di bidang transportasi
dan industri menjadi penyumbang meningkatnya pemanasan global.Ditambah lagi
dengan penebangan hutan secara besar-besaran. Pohon-pohon sebagai
penyerapkarbon dioksida, saat ini makin menipis. Pohon-pohon ditebang untuk
keperluan lahan pertanian, perkebunan bahkan pembangunan gedung-gedung
B.
Proses
Terbentuknya Hujan Asam
Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam
nitrat, atau asam klorida yang ada do atmosfer baik sebagai gas maupun cair
terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan, lahan pertanian, atau bangunan
melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol),
ataupun jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam
dari kegiatan manusia (anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara
dan minyak bumi, serta emisi dari kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti
letusan gunung berapi juga dapat menjadi salah satu penyebab deposisi asam.
Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi
katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks,
namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.
1.
Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui
reaksi photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH → HSO3
HSO3 + O2 → HO2
+ SO3
SO3 + H2O
→ H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen
monoksida (NO) maka radikan hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada
salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali seperti:
NO + HO2 → NO2
+ OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk
kembali, jadi selama ada NO diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan
terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2, maka akan semakin banyak
pula asam sulfat yang terbentuk.
2.
Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)
Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida
dengan radikal hidroksil.
NO2 + OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara
Nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 → NO3
+ O2
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O
→ HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong
menghasilkan asam pada tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3
dan tanah pertanian mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan
asam, namun garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam
nitrat dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air
akan membentuk ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
HNO3 sangat asam dan larut dengan baik
sekali. Selain itu juga merupakan asam keras dan reaktif terhadap benda-benda
lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab itu, presipitasinya akan merusak
tanaman terutama daun (Manahan, 1994 dalam Rahmawaty, 2002).
3.
Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya
melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi diatas merupakan bagian dari
rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan ozon di stratosfer.
Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara 62
persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.
Secara alami hujan asam dapat
terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah,
rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan
pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh
proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum
berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Bukti terjadinya peningkatan hujan
asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak
dimulainya revolusi industri dari Ph 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain
diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam.
Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam
lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada
pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan
memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing
lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri,
jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat.
Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan
sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri
terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Penggunaan cerobong asap
yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan
asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara
regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi
di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung
memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
C.
Dampak
Hujan Asam
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak
yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem.
Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain :
1.
Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama
mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika di danau memiliki pH
dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini
disebabkan oleh pengaruh rantai makanan yang secara signifikan berdampak pada
keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan
menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat
membantu menetralkan keasaman.
2.
Tanah
Pada tanah, deposisi asam akan menghilangkan nutrisi yang dibutuhkan dari
tanah. Deposisi asam juga dapat membebaskan senyawa-senyawa beracun di tanah
seperti almunium dan mercuri yang secara alamiah berada di tanah. Senyawa
beracun tersebut dapat mengkontaminasi aliran air sungai dan air tanah sehingga
meracuni tumbuh-tumbuhan disekitarnya. Akan tetapi sebagian besar tanah
termasuk jenis alkali dapat menetralisir aam secara tidak langsung, tetapi
jenis tanah yang bukan alkali seperti di pegunungan yang banyak mengandung
granit hanya dapat bertahan sebentar saja dari asam.
3.
Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi di dalam tanah
akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium yang akan
bercampur di dalam nutrisi sehingga apabila nutrisi ini di makan oleh tumbuhan
akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon
akan terserang penyakit, kekeringan, dan mati. Seperti halnya danau, hutan juga
mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah
yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan
terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus
akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan air terhambat. Hal ini
menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan
tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat
pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati
tamanan juga semakin menurun.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih
atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992),
dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang
rendah sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi asensial bagi tanaman.
Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH
yang rendah dan kerusakan daun menyebabkan pencucian magnesium di daun.
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang
toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan
langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah
sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies
hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin
sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena
air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
4.
Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan seseorang
terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang
dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara
dibandingkan dengan orang yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian, sulfur dioxide yang
dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia di dalam udara,
dengan terbentuknya partikel halus sulfat, yang mana partikel halus ini akan
mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu
juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan
nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
5.
Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada dinding beton serta logam.
Ancaman serius juga dapat terjadi pada bangunan tua serta monumen termasuk
candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium
karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya
sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
6.
Bangunan
Deposisi asam baik basah maupun kering dapat merusak
bangunan, patung, kendaraan bermotor dan benda yang terbuat dari batu, logam
atau material lain bila diletakkan di area terbuka untuk waktu yang lama.
Kerusakan akibat korosi ini terbilang mahal apalagi bila terjadi pada kota-kota
bersejarah. Kuil-kuil di Athena, Yunani dan Taj Mahal di India kini mulai rusak
akibat polusi asam.
7.
Pertanian
Sebagian besar pertanian tidak terkena dampak yang signifikan dari deposisi
asam. Bagian tanah pada lahan pertanian bahkan mampu untuk menyerap dan
menetralisir asam. Akan tetapi, lahan pertanian pada dataran tinggi dan
pegunungan dapat terkena dampak deposisi asam. Lapisan tanah yang tipis kurang
mampu menetralisir asam. Petani dapat mencegah kerusakan tanaman dari asam
dengan cara menambahkan serpihan batu kapur (limestone) untuk menetralisir asam
atau bila sejumlah besar nutrisi telah hilang karena deposisi asam, petani
dapat menambahkan pupuk yang kaya akan nutrisi.
D. Upaya-Upaya
Mencegah Dampak Dari Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar
saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan
penghematan energi.
1.
Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm
akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat
menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-belerang
misalnya metanol, etanol dan hidrogen.
2.
Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan
teknologi tertentu.
3.
Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in
multiple burners (LIMB).
4.
Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara
lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah
yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
5.
Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle,
Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
E.
Penyebab
Terjadinya Pemanasan Global
1. Efek
Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Ketika
energi ini tiba permukaan Bumi, cahaya berubah menjadi panas yang menghangatkan
Bumi. Permukaan Bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembai
sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang
ke angkasa luar. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi
terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya.
2. Efek
Umpan Balik
Proses umpan balik yang terjadi mempengaruhi penyebab pemanasan global.
Sebagai contoh adalah pada proses penguapan air. Pada kasus pemansan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pada awalnya pemanasan akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah
jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap
air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air
absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak
menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak
secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4
dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang
berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas
CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
3.
Penggundulan Hutan
Maraknya kasus penggundulan hutan merupakan salah satu penyebab pemanasan
global saat ini. Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh
pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro
lokal dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah. Hutan yang
menjadi paru-paru Bumi kini tidak dapat berfungsi secara maksimal karena sudah
sangat berkurangnya jumlah pohon yang ada. Jumlah pohon yang ada tidak dapat
menyeimbangi banyaknya jumlah CO2 yang ada di Bumi.
F. Dampak Dari Pemanasan Global
Pemanasan global akan mempengaruhi kehidupan manusia
di bumi karena berubahnya iklim secara global. Pemanasan global
mempunyai dampak terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pertanian,
kehidupan hewan-hewan, dan terhadap kesehatan manusia.
1.
Cuaca
Selama pemanasan global, daerah bagian utara akan
memanas lebih dari daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya, gunung-gunung es
mencair dan daratan akan mengecil.Meningkatnya curah hujan di beberapa
bagian bumi, sementara bagian lainnya mengalamimusim kering berkepanjangan.Pemanasan bumi menyebabkan air lebih cepat
menguap dari tanah, sehingga beberapa
daerah akan menjadi kering dari sebelumnya, hal itu menyebabkan proses penggurunan terjadi karena kekeringan yang
berkepanjangan. Pola cuaca selama proses pemanasan global menjadi
tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2.
Tinggi Permukaan Air Laut
Suhu udara yang terus meningkat menyebabkan hamparan es di Greenland
mencair dan mengakibatkan permukaan air laut naik. Naiknya permukaan air
laut jelas berdampak pada
permukiman di pinggir pantai. Air laut yang yang merendam Muara Baru, Jakartadan
Pantura, Jawa Barat adalah contoh nyata akibat naiknya permukaan air laut.Kenaikan 100 cm permukaan air laut akan
menenggelamkan 6% daerah Belanda,17.5% daerah Bangladesh, dan banyak
pulau-pulau lainnya. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang
akan meningkat di daratan.
3.
Pertanian
Menghangatnya suhu bumi di beberapa daerah akan sangat
menguntungkan.Misalnya di bagian selatan
Canada, akan mendapatkan keuntungan dari lebih tingginyacurah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
tropissemikering di beberapa bagian
Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertaniangurun yang menggunakan
irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jikakumpulan salju musim dingin, yang berfungsi sebagai resivoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa
tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalamiserangan serangga dan hama yang
lebih hebat.
4.
Kesehatan Manusia
Ancaman terhadap penyakit akibat pemanasan global
tidak dapat terhindarkan.Akibat perubahan iklim, ledakan berbagai penyakit
terutamna penyakit tropis sepertimalaria, demam berdarah akan meluas.
Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk ini akan menjangkiti daerah yang
sebelumnya terlalu dingin.
G.
Penanggulangan
Pemanasan Global
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil
melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa
depan. Kerusakan yang telah terjadi dapat diatasi dengan beberapa cara. Daerah
pantai dilindungi dengan didnding dan penghalang untuk mencegah masuknya air
laut. Adapun cara lain, pemerintah membantu populasi yang ada di pantai untuk
pindah ke daerah yang lebih tinggi. Ada dua cara untuk memperlambat
bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke
atmosfer dengan menyimpan gas tersebut di tempat lain.
Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Cara yang
kedua adalah mengurangi produksi gas rumah kaca.
Cara-cara lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Cara-cara lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Ø
Menanam banyak pohon
Ø
Bepergian dengan kendaraan yang ramah
lingkungan, contoh: sepeda
Ø
Gunakan alat elektronik yang hemat energy
Ø
Kurangi penggunaan AC
Ø
Daur ulang sampah organik
Ø
Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar
Dapat Didaur Ulang
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan
dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah
6) karena karbondioksida di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai
asam lemah.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang
merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang
bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat
ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat
dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Secara
sedehana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut: Pada dasarnya Hujan
asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides
(NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan
asam antara lain Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya
species yang bertahan, hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan
menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh, korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah
menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari
terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar
dari gas buangan dan penghematan energi serta penambahan zat kapur.
Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan
suhu bumi yangdisebabkan reradiasi energi matahari terperangkap oleh timbunan “gas-gas
rumahkaca” atau“Greenhouse Effect”.
Pemanasan global yang terjadi saat ini adalah akibat
dari perbuatan kita sendiri. Sebagai manusia kita tidak dapat menjaga dengan
baik tempat dimana kita hidup. Jika kita tidak sadar akan dampak yang terjadi
nanti, maka kehidupan di Bumi ini akan terancam. Untuk mengatasinya, telah
dilakukan beberapa penangulangan. Penanggulangan ini akan efektif bila semua
pihak turut serta untuk melakukannya
B. Saran
Perlunya partisipasi semua pihak dalam sosialisasi
informasi kepada masyarakat tentang pemanasan global, penyebab, dan akibatnya.
Pemanasan global ini dapat di kurangi jika kita menanamkan rasa cinta kepada
Bumi ini. Kita harus dapat menjaga dan melestarikannya , demi kelangsungan
kehidupan di masa yang akan datang.
Referensi :